September 23, 2007

Gadis berdiri di depan pintu, menonton anak-anak main dampu. Gadis tersenyum. Manis sebentar, lalu kembali hambar.

Siang terang-benderang. Pria duduk di depan televisi, merasa tak berarti. Sungguh pikiran sedang mengawang, tak tergoda hiburan yang sedang tayang.

Gadis ke ruang keluarga. Mengambil koran, mencari yang berkenan. Sejurus merasa ketus, tak menemukan judul berbunyi bagus.

Pria agak resah. Bolak-balik jalan tak berarah. Pembantu ingin bertanya mengapa gundah, tapi takut kena marah.

Gadis dipanggil bapak. "Ke perempatan beli sus, yang tadi dimakan tikus."
Terima uang keluar rumah, tapi belok salah arah.

Ada telepon untuk pria. Dari teman lama. Cuma bilang malam ini tidak jadi datang. Pria kecewa. Sendiri tak mungkin menghapus, teringat terus.

Bapak marah. "Yang mudah saja salah". Gadis pergi dengan murung. Mencari tempat merenung.

Pria pergi sendiri. Mengemudi hati-hati. Jalan penuh kendaraan. Sengaja pelan, biar aman. Teringat lagi yang terjadi di jalan ini.

Gadis tergesa-gesa. Panas membara. Sebentar-sebentar melambat, teringat yang sudah lewat.

Belok kanan di persimpangan. Lapangan ramai sekali, orang-orang main voli. Pria turun dari Yamaha, melangkah ke utara.

Gadis sampai tujuan. Berjalan ke selatan. Menuju pepohonan.

Pria terkesima. Menatap tak percaya.

Gadis hampir jatuh. Mengira diri sedang bermimpi.

Tak mungkin khayalan yang bikin. Tak bisa sebegini nyata. Itu kalung dari Pria. Dan jam tangan itu persis seperti hadiah Gadis.

Gadis di tengah lapangan.

Pria lari mendekati.

Keduanya terpana. Senyum dikulum. Amarah merendah. Bahagia gegap gempita.
Terik mentari tak terasa lagi.

Dan kemana pergi semua gundah di hati?