November 19, 2007

Ketika Kekuatan Prinsip Hidup Diuji

Salah satu masalah yang hangat dibicarakan di antara saya dan teman-teman perempuan saya akhir-akhir ini adalah soal hubungan (pacaran) dengan lelaki yang berbeda agama. Pasalnya, dua orang di antara kami (termasuk saya) sedang mengalami dilema dalam mengambil sikap menghadapi hal ini.

Saya belum pernah berada di situasi ini sebelumnya. Dari dulu saya belum pernah tertarik pada laki-laki yang memiliki kepercayaan berbeda, dan selalu berusaha untuk tidak tertarik. Namun satu orang ini benar-benar menarik perhatian saya, dan hampir membuat saya benar-benar menyukainya.

Yang terjadi kemudian, hati saya mulai ragu. Dan otak saya mulai mencari pembenaran.
"Saya menolak berpacaran dengan seseorang yang berbeda keyakinan karena saya ingin menikah dengan seseorang yang seiman." Kenapa harus menolak sementara sekarang saya belum ingin menikah?
"Saya hanya ingin membina hubungan dengan lelaki seiman karena saya tidak mau membina hubungan yang pasti harus berakhir." Mengapa harus menolak, padahal pasti banyak manfaat yang bisa saya peroleh dari hubungan tersebut?

Lalu mulailah suasana hati saya menjadi galau. Mulai bimbang sampai akhirnya saya menghubungi seorang sahabat lewat sms dan meminta pendapatnya. Teman saya ini lalu mengatakan,
"Emang situasi yang sulit dihadapi, tapi ada satu yang harus lo pegang, yaitu prinsip. Lo lagi dites, seberapa kuat lo pegang prinsip lo."
Saya setuju, ini memang masalah kekuatan hati dan keteguhan pada prinsip.

Tapi saya selalu percaya, menyukai siapapun tidak salah. Siapa yang bisa memilih orang yang disayangi, sementara hati bekerja independen bersama nurani? Siapa yang bisa menolak perasaan yang muncul, sementara tak ada kuasa pada diri untuk menghentikan keinginan diri?

Yang membuatnya seakan salah adalah keadaan dan budaya, dimana semua orang berlomba menghakimi dan mengotak-kotakkan manusia.

Saya tidak menganggap diri saya religius, namun lebih pada humanis.
Tetapi saya memandang agama sebagai sesuatu yang penting untuk dipegang dalam hidup.

Saya tidak merasa bersalah. Tapi juga tidak merasa benar.

Penolakan saya diuji, ketika saya sudah berada di dalam keadaan yang saya tentang itu.
Ternyata menjadi orang yang prinsipil tidak semudah yang saya kira.
"Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace"

John Lennon - Imagine

14 comments:

  1. Anonymous7:29 PM

    i personally don't accept religion as a barrier for true love.
    i merely respect my parents wishes.

    my suggestion is,
    live your life
    do what you need to do :)

    ReplyDelete
  2. Been there, done that.

    Kalau boleh saran, mendingan kenalan aja dulu, jangan langsung buru-buru melangkah ke pdkt, pacaran, atau apapun lah itu.

    Just get to know him. Mungkin pada akhirnya nasib kita sama. Berpisah juga, tapi bukan gara-gara agama.

    ReplyDelete
  3. Eh ini bener "him" kan? :P

    ReplyDelete
  4. Anonymous11:28 PM

    kalau lebih menempatkan rasa diatas logika memang berat .. coba lakukan sebaliknya .. ^^ hanya saran.

    thnkz.
    sementara tdk ada blog krn hostingku offline .. ^^

    ReplyDelete
  5. hmm sekedar mengenal orang tersebut lebih dalam gapapa kan? kali-kali ternyata gak cocok....

    ReplyDelete
  6. Anonymous5:54 PM

    intinya si "jangan coba main dengan api".. tapi api pun kadang irresistable ya.. been there too

    ReplyDelete
  7. sumpah yach, nie..

    itu juga nyepet gw abies,, parah banget!!

    hati-hati, kawan..
    siap2 lakukan yang alien lakukan,, walaupun gak dengan cara yang sama, okeh..

    itu harus!!
    daripada ntar kcebur??
    lebih sakit belkangan loh..!

    ReplyDelete
  8. been there before and I know how hard to choose and also know how hard to live with this kind of family so.. just think about it again ok.

    ReplyDelete
  9. huhu, emang dilemma audrey, gw jelas sebagai penjunjung nilai2 konservatif pasti tidak setuju akan hal2 semacam itu, cuma kalo loe liat post gw yang tentang homoseksualitas, I was involved in a debate with one European, dan gw belajar banyak dari dia tentang not to impose your moral value on others, not to judge others, dan tentang kebebasan.. haha, yah ide2 barat emang apalagi yang ketiga..

    follow your heart lah, asal loe bahagia, why not?
    biarin aja anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu toh.. hehe..nice to have you back..

    ReplyDelete
  10. ...hmm..

    sering2 survey & ngobrol sama yang pernah ngalamin nay, tuh yang posting diatas banyak, dari kehidupan sekitar lo juga pasti ada,, (kalo gada gw kenalin deh sm temen gw, hehe..), then you decide what to do, liat deh, banyakan happy ending atau sad ending.. *no offense ya..

    why don't you try to have a little conversation with God, cause if you can't control your own heart -as you say- , then only God could, right?

    tetap semangat teman!

    ReplyDelete
  11. saya pernah dulu, pacaran 2 tahun dengan seorang pria bali [FYI, dia 7 tahun lebih tua dari saya] yang amat sangat religius :) yeahh kami memang sangat bahagia. sampai satu titik, ego kami berdua berbicara [taelah] dan ga ada yang mau ngalah... pada akhirnya saya mengambil satu keputusan tegas, [karena di agama saya tidak men-sah-kan nikah dengan perbedaan agama, atau nanti jatuhnya malah ber-zina] Yah kami harus berpisah. toh sampai kapan pun kalau tetap tidak ada yang mau mengalah, kita akan stuck disitu terus [kapan nikahnya boooo]...
    yeahh memang menyesal putus dengan seseorang yang masih saya sangat sayangi [ehem] Yah demi masa depan...

    ReplyDelete
  12. Anonymous12:06 PM

    beda agama ???

    jalanin aja...

    Yang penting... !!!
    jangan tergoda aja buat Pindah agama ???

    Ambil prinsip Bhineka Tunggal Ika aja.., Berbeda tapi satu...
    heheheheheheheheheheheh

    Sorry Klo ga nyambung...

    ReplyDelete
  13. Anonymous10:24 PM

    "Tapi saya selalu percaya, menyukai siapapun tidak salah. Siapa yang bisa memilih orang yang disayangi, sementara hati bekerja independen bersama nurani? Siapa yang bisa menolak perasaan yang muncul, sementara tak ada kuasa pada diri untuk menghentikan keinginan diri?"

    Berarti, ini applies to gay people as well, Milady?
    Pertanyaan beneran loh, bukannya nyentil/nyindir/being snarky. :)

    ReplyDelete
  14. haha..mending kehilangan sekarang daripada nanti
    rasanya bakalan lebih sakit
    emang banyak pelepasnya
    ngengalaman mungkin sama dia
    tapi mending jangan mulai berbelok dari awal kalo lo tau akhirnya gimana
    dengan mulai dari sekarang, lo makin sulit ngelepasnya
    ngelepas orang gak mudah
    makanya
    jadi sahabat dia ajah

    ReplyDelete