November 28, 2007

Sang Penyendiri

Dilihat dari beberapa sisi, saya adalah seorang individualis.

Saya menikmati berjalan sendiri di tengah pusat perbelanjaan.
Tak segan mengarungi jam-jam panjang di perjalanan tanpa teman.
Saat makan pun, tak janggal ketika harus menikmati seorang diri.

Inilah kebebasan saya.
Rasanya nyaman bisa mengerjakan apapun yang saya suka.
Selama apapun.
Tak ada yang mengusik atau berseru minta ditunggu.
Berjam-jam diam tak mengapa,
memabukkan diri dalam kubang khayalan dihalalkan.

Tapi ini juga kegelisahan saya.
Pernah terlintas, takkan ada yang kehilangan jika saya terlepas.
Siapa yang tahu, kalau tak satupun rindu saat semua bersatu dan saya tak disitu?

Berburuk sangka bukan maksud saya.
Semata ingin merenung.
Saya sayang teman-teman, kanopi tempat berteduh dan mangkuk penampung lirih ketika murung.
Bahkan kantung tidur nyaman pelindung dari angin saat udara terlampau dingin.
Walau kadang tampak tak apa jika saya tak ada.

Teringat kembali ucapan ayah seorang teman:
"Meski terlihat berjuang bersama dan akan selalu ada yang bersama kita, sebenarnya kita hidup sendiri di dunia ini."

November 19, 2007

Ketika Kekuatan Prinsip Hidup Diuji

Salah satu masalah yang hangat dibicarakan di antara saya dan teman-teman perempuan saya akhir-akhir ini adalah soal hubungan (pacaran) dengan lelaki yang berbeda agama. Pasalnya, dua orang di antara kami (termasuk saya) sedang mengalami dilema dalam mengambil sikap menghadapi hal ini.

Saya belum pernah berada di situasi ini sebelumnya. Dari dulu saya belum pernah tertarik pada laki-laki yang memiliki kepercayaan berbeda, dan selalu berusaha untuk tidak tertarik. Namun satu orang ini benar-benar menarik perhatian saya, dan hampir membuat saya benar-benar menyukainya.

Yang terjadi kemudian, hati saya mulai ragu. Dan otak saya mulai mencari pembenaran.
"Saya menolak berpacaran dengan seseorang yang berbeda keyakinan karena saya ingin menikah dengan seseorang yang seiman." Kenapa harus menolak sementara sekarang saya belum ingin menikah?
"Saya hanya ingin membina hubungan dengan lelaki seiman karena saya tidak mau membina hubungan yang pasti harus berakhir." Mengapa harus menolak, padahal pasti banyak manfaat yang bisa saya peroleh dari hubungan tersebut?

Lalu mulailah suasana hati saya menjadi galau. Mulai bimbang sampai akhirnya saya menghubungi seorang sahabat lewat sms dan meminta pendapatnya. Teman saya ini lalu mengatakan,
"Emang situasi yang sulit dihadapi, tapi ada satu yang harus lo pegang, yaitu prinsip. Lo lagi dites, seberapa kuat lo pegang prinsip lo."
Saya setuju, ini memang masalah kekuatan hati dan keteguhan pada prinsip.

Tapi saya selalu percaya, menyukai siapapun tidak salah. Siapa yang bisa memilih orang yang disayangi, sementara hati bekerja independen bersama nurani? Siapa yang bisa menolak perasaan yang muncul, sementara tak ada kuasa pada diri untuk menghentikan keinginan diri?

Yang membuatnya seakan salah adalah keadaan dan budaya, dimana semua orang berlomba menghakimi dan mengotak-kotakkan manusia.

Saya tidak menganggap diri saya religius, namun lebih pada humanis.
Tetapi saya memandang agama sebagai sesuatu yang penting untuk dipegang dalam hidup.

Saya tidak merasa bersalah. Tapi juga tidak merasa benar.

Penolakan saya diuji, ketika saya sudah berada di dalam keadaan yang saya tentang itu.
Ternyata menjadi orang yang prinsipil tidak semudah yang saya kira.
"Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace"

John Lennon - Imagine

September 23, 2007

Gadis berdiri di depan pintu, menonton anak-anak main dampu. Gadis tersenyum. Manis sebentar, lalu kembali hambar.

Siang terang-benderang. Pria duduk di depan televisi, merasa tak berarti. Sungguh pikiran sedang mengawang, tak tergoda hiburan yang sedang tayang.

Gadis ke ruang keluarga. Mengambil koran, mencari yang berkenan. Sejurus merasa ketus, tak menemukan judul berbunyi bagus.

Pria agak resah. Bolak-balik jalan tak berarah. Pembantu ingin bertanya mengapa gundah, tapi takut kena marah.

Gadis dipanggil bapak. "Ke perempatan beli sus, yang tadi dimakan tikus."
Terima uang keluar rumah, tapi belok salah arah.

Ada telepon untuk pria. Dari teman lama. Cuma bilang malam ini tidak jadi datang. Pria kecewa. Sendiri tak mungkin menghapus, teringat terus.

Bapak marah. "Yang mudah saja salah". Gadis pergi dengan murung. Mencari tempat merenung.

Pria pergi sendiri. Mengemudi hati-hati. Jalan penuh kendaraan. Sengaja pelan, biar aman. Teringat lagi yang terjadi di jalan ini.

Gadis tergesa-gesa. Panas membara. Sebentar-sebentar melambat, teringat yang sudah lewat.

Belok kanan di persimpangan. Lapangan ramai sekali, orang-orang main voli. Pria turun dari Yamaha, melangkah ke utara.

Gadis sampai tujuan. Berjalan ke selatan. Menuju pepohonan.

Pria terkesima. Menatap tak percaya.

Gadis hampir jatuh. Mengira diri sedang bermimpi.

Tak mungkin khayalan yang bikin. Tak bisa sebegini nyata. Itu kalung dari Pria. Dan jam tangan itu persis seperti hadiah Gadis.

Gadis di tengah lapangan.

Pria lari mendekati.

Keduanya terpana. Senyum dikulum. Amarah merendah. Bahagia gegap gempita.
Terik mentari tak terasa lagi.

Dan kemana pergi semua gundah di hati?

August 23, 2007

Perpisahan

Pagi ini saya mendapat kabar buruk dari ibu saya lewat telepon.
Cilik-anjing saya yang kecil-sakit di rumah.
Demam, menggigil, dan diam, padahal biasanya hiperaktif.
Saya khawatir sekali, takut sakitnya semakin parah.
Dan satu jam kemudian, ketakutan saya betul-betul terjadi.

Cilik meninggal siang ini, kira-kira pukul 11 siang...

Cilik, anjing saya yang baru berusia tujuh bulan.
Cilik, yang merupakan wujud dikabulkannya keinginan saya selama ini, yaitu ingin punya anjing kecil...
Cilik, anjing yang selalu membuat saya kangen ingin bertemu, dan ingin membawanya ke Bandung untuk tinggal bersama saya...
Cilik, anjing yang pintar namun belum terlatih...
Anjing yang hiperaktif karena belum dewasa...
Yang selalu berlari menghampiri saat saya datang...
Yang selalu memanggil bila ditinggal...
Yang menangis bila kesepian...
Anjing yang benar-benar saya sayangi.

Januari 2007 - 23 Agustus 2007

You'll always be in my heart, Cil...
Semoga sekarang kamu tenang dan bahagia..

Akan selalu sayang kamu.
Akan selalu kangen kamu.

In memoriam.

"--0107 ~ 230807"

July 28, 2007

Something Decent Called Originality

Baru-baru ini saya menemukan sebuah fenomena menakjubkan.
Fenomena ini sudah pernah beredar di dunia beberapa waktu lalu, jadi mungkin anda sudah pernah mendengar tentangnya. Atau justru menemukan sendiri fenomena ini dan terkejut sendiri. Saya sendiri terkesima. Terguncang.

Mari kita mulai.

Apa anda tahu grup musik The Donnas? Sejarah singkatnya, grup musik rock ini berasal dari Amerika Serikat dan mengeluarkan album pertamanya pada tahun 1997. Yang unik dari grup ini adalah anggotanya yang semua wanita (Brett Anderson, Torry Castellano, Maya Ford, dan Allison Robertson) dan nama panggilan yang diberikan untuk tiap personilnya (dan digunakan sampai tahun 2004) yaitu "Donna A", "Donna C", "Donna F", dan "Donna R", yang digunakan mengikuti nama keempat personilnya sendiri. Keempat wanita ini telah memproduksi enam buah album, dan album terakhir berjudul Gold Medal dirilis tahun 2004. Seperti inilah sampulnya.



Nah, sekarang mari lupakan The Donnas sejenak.

Anda pernah dengar grup vokal Dewi-dewi, bukan? Bagi yang belum, saya ceritakan sedikit. Grup ini bentukan dan asuhan Ahmad Dhani, personil grup band Dewa 19. Anggota-anggotanya diambil dari pemenang-pemenang kontes pencarian bakat yang diprakarsai oleh Dhani sendiri, dan muncul dengan lagu hit "Dokter Cinta". Kalau mau tahu wajahnya, mereka model iklan produk elektronik IOTO keluaran Sharp. Tahun ini (2007) mereka mengeluarkan album perdana yang diberi judul "Recycle+". Apa anda sudah beli? Atau paling tidak, melihat sampul albumnya? Kalau belum, ini dia:


Nah.

Apa anda melihat apa yang saya lihat?
Ya.
Kedua album ini bersampul mirip.
Bukan mirip lagi, tapi sama.

"Ngga ah... Ada bedanya kok.." Kata orang-orang yang menolak percaya.
Oke, memang ada perbedaan. Yang bikin mereka beda adalah jumlah personil, tingkat kecerahan warna, letak dan desain nama grup, dan logo SCTV yang mengganggu itu.

Selebihnya, persis. Konsepnya. Warnanya. Perhatikan gelembung2 warna jingga dan biru itu. Bahkan bentuk rambut personil di sebelah kanan pun SAMA.

Dan menurut berita yang dipublikasikan detik.com ini dan ini, mereka ngga berniat nyontek.
Sesaat... Saya coba berpikir positif dan ngga su'uzhon.
Tapi.. kok sulit sekali ya.

Maaf ya, mas Tetan Cobain (desainer sampul ini, entah namanya orisinil atau dia penggemar Kurt Cobain). Saya kok kurang percaya kalo desain mas ngga "terinspirasi" dari desain sampul The Donnas ini.

July 11, 2007

Biar Dunia Semakin Berwarna

Baru-baru ini saya merasakan langsung yang namanya diskriminasi dan ‘pengecapan’ terhadap satu komunitas. Kalau biasanya saya hanya mendengar atau menyaksikan diskriminasi, kali ini saya mengalami sendiri ‘pengecapan’ itu.


Soul For Indonesian Earth

Ceritanya begini. Sabtu lalu, tanggal 7 bulan 7 tahun 2007, saya, kakak, dan beberapa teman datang ke acara Soul For Indonesian Earth (SoulFIE) yang diadakan di Senayan. Disana, ada sekitar 50-an grup musik dan penyanyi yang tampil untuk sekalian kampanye tentang pencegahan pemanasan global (Salut banget! Kampanye ini saya dukung banget!). Dari sekian banyak artis (Maliq, Glenn, The Adams, Project Pop, Naif, Gita Gutawa, Tompi, Marcell, Cokelat, Ras Muhammad, dan masih banyak lagi. Tiket cuma Rp25.000,00. Yang ngga dateng, rugi banget. :D), yang paling saya tunggu-tunggu adalah penampilan band yang terkenal akan kostum berwarna-warni mencrang (=terang) dan a la jaman dulu, The Upstairs.

Saya bilang pada teman-teman, saya datang untuk The Upstairs. Hadir untuk berdansa bersama mereka. Beberapa teman saya tertawa, mungkin mengira saya bercanda. Atau mungkin belum percaya. :) Satu teman lagi bahkan melongo tak percaya. Mempertanyakan keseriusan saya. Dan berkali-kali menanyakan ulang, “Lo serius suka The Upstairs?”

Awalnya saya ketawa aja. Menertawakan ketidakpercayaan mereka. Setelah saya ditanya hal yang sama beberapa kali, saya mulai kesal. Memang kenapa sih?


“Untuk dinikmati kaum rendahan”

Dari pertanyaan-pertanyaan dan mimik wajah teman yang saya lihat inilah saya semakin yakin, bahwa The Upstairs adalah salah satu band yang mendapat cap negatif dari masyarakat umum yang bukan penggemar mereka. Kesan yang saya dapat dari teman saya, The Upstairs itu band untuk kaum rendahan yang penggemarnya otomatis kaum rendahan juga. Komunitas penggemar The Upstairs itu vandalis. Suka mengacau. Dipermanenkan seperti itu.

Akibatnya, orang dari kalangan berbeda seakan ‘dilarang’ menyukai The Upstairs. Musik mereka ngga ‘berkelas’. Musik yang ditahan petugas ketika hendak melewati sensor pintu pergaulan kelas menengah. Sampai dibuat ruang khusus untuk mengisolasi pendengarnya yang bukan dari kelas sosial tertentu. Begitu parahnya diskriminasi sosial yang terjadi di masyarakat urban saat ini, sampai musik pun dibuatkan kelas berdasarkan pendengarnya.

Padahal, kan ngga semua penggemar The Upstairs kayak yang saya sebut di atas. Ngga semua vandalis. Bahkan, kebanyakan hanya ingin berdansa. Contohnya di acara kemaren (SoulFIE), Modern Darling yang datang ngga ada yang bikin rusuh kok... Sayangnya cap 'pengacau' itu udah dibubuhkan kepada para Mod oleh beberapa kalangan yang menilai berdasarkan satu kejadian aja...

Padahal (lagi), selera musik kan selera pribadi. Apresiasi terhadap musik ngga bisa dikekang. Pilihan orang terhadap musik yang didengarnya ngga boleh dibatasi. Mengutip pendapat teman saya tentang film yang awalnya tidak saya setujui: “Boleh aja lo menilai sebuah karya itu bagus/nggak. Karena ada kriterianya.” Misalnya, lagu “ABCDEFG” itu jelek, karena harmonisasi gitar dengan vokal yang ngga pas. Karena lirik yang ngga cocok sama aransemennya. Sekali lagi, dengan alasan dan kriteria yang jelas. Itu soal penilaian kualitas. Bukan soal selera.

Dan menilai secara objektif sebuah karya berbeda dengan menilai selera orang lain. Itu pandangan subjektif. Menilai selera si A jelek, selera si D rendah. Ngga ada selera yang jelek, yang ada itu perbedaan selera. Ya, kayak perbedaan pandangan pada umumnya. Iya nggak, sih? Kalau menurut saya sih iya.


Biar dunia semakin berwarna…

Pengecapan dan pencitraan jelek ini ngga cuma dilakukan orang banyak terhadap The Upstairs sih, masih banyak yang lain. Contoh yang lain? Musik dangdut. Musik ini dari jaman saya SD (bahkan sebelumnya) udah dicap untuk kalangan rendah, sampe banyak teman saya yang jadi antidangdut karena pengecapan ini, dan punya kesamaan dalam mengisi biodata atau ‘lembar persahabatan dan kesan-pesan’ yang sering beredar di jaman SD dulu. Ada kolom seperti ini:

Musik favorit: Semua kecuali dangdut.
Atau

Musik yang disukai: Spice Girls (jaman saya SD banget)
Musik yang tidak disukai: Dangdut (kadang dibubuhi tambahan ‘dan keroncong’)

Tragis? Ngga juga sih, lucu aja. Soalnya jaman SD dulu itu saya hampir ngga pernah denger musik dangdut. Kata teman-teman, musik dangdut itu norak. Tapi waktu saya tanya teman-teman pengisi biodata ini, keadaan mereka juga mirip-mirip dengan saya, ngga pernah dengar lagu dangdut. Mungkin ada yang pernah dengar dangdut, tapi baru satu-dua lagu. Alasan mereka menulis dangdut di kolom ‘yang tidak disukai’? Karena dangdut itu musik kesukaan asisten rumah tangga mereka. Hahaha… Jaman SD yang polos dan menyenangkan.

Memang sih, menghakimi selera orang itu yang paling enak. Secara ngga sadar, saya juga masih suka melakukannya. Seperti kalo nonton acara mode di saluran E!, kadang saya suka berkomentar, “Ih, kok baju kayak gitu dipake sih.” Padahal atasan sama bawahan cocok-cocok aja, saya cuma ngga suka sama gaya berpakaiannya. Dan setelah itu saya pun memarahi diri sendiri. Wong orang itu suka kok make baju kayak gitu. Biarin aja lah. Biar dunia semakin berwarna.


Malam itu banyak sekali Modern Darling (sebutan untuk komunitas penggemar The Upstairs—yang 'berdansa resah' mengikuti musik dan seringkali berpakaian seperti idolanya) yang datang ke acara tersebut. Jangan tanya tentang pakaian yang mereka pakai. Direncanakan matang-matang dari atas sampai bawah. Saya bahagia.

Ya, saya penggemar The Upstairs.


Saya menikmati music new wave mereka. Saya ikut bernanyi bersama Jimi, memejamkan mata menikmati gebukan drum Beni. Mencoba mendalami makna lirik yang mereka tulis. Bergoyang mendengar hentakan disko yang mereka alunkan.

Dan saya bangga dengan musik pilihan saya.

June 18, 2007

Caraku, Caramu

Beberapa minggu lalu, waktu lagi makan siang di rumah (sambil nonton Bondan Winarno dan Gwen di tv, hehe) saya keinget sama kebiasaan makan teman saya yang unik. Dan setelah mengingat-ingat dan ngobrol-ngobrol, saya berhasil mengumpulkan beberapa kebiasaan makan beberapa orang yang unik. Beberapa contoh ini mungkin menurut anda ngga aneh, karena anda juga melakukannya. ;)

1. Mayones dan Meses
Saya suka banget kombinasi makan roti isi campuran mayones dan meses. Ibu saya bilang kebiasaan ini 'menyeramkan' tapi menurut saya enak banget lho. Lebih enak lagi kalo mayonesnya dingin. Hmmm.

2. Nugget dan Kecap
Nah, kalo ini kebiasaan temennya teman-saya. Dia suka makan nugget ayam yang dibekuin itu pake kecap manis. Hahaha. Walaupun menurut standar saya kebiasaan ini ngga terlalu aneh (karena saya makan kornet pake kecap juga dan mungkin kalau diganti nugget jadi enak), teman saya menganggapnya amat sangat aneh.

3. Coca Cola dan ... Apa aja
Ini kebiasaan paling mengerikan yang saya pernah tau. Ceritanya teman ibu saya ini ngga bisa makan tanpa kuah, makan apapun harus ada kuahnya. Dan kalau suatu saat dia harus makan tapi ngga nemuin sup atau makanan berkuah lainnya, dia akan membasahi makanannya dengan Coca Cola. Kebayang ngga sih gimana marahnya koki-koki Italia kalo tau ada orang makan lasagna dengan kuah Coca Cola??

4. Mie Instan dan Susu Kental Manis
Ini kebiasaan makan salah satu sahabat saya. Dia suka mencampurkan susu kental manis ke kuah mie instan (dan katanya paling enak kalo campurannya mie rasa kari ayam), katanya rasanya jadi kayak spaghetti. Duh, saya ngga ikutan deh.

5. Nasi Goreng dan Meses
"Enak! Manis-manis asin!"
Adik saya. Ngga bisa komentar lagi deh. So out of this world.

Apakah anda pernah menemukan menu-menu makanan baru hasil kombinasi yang unik seperti di atas? Bagi-bagi cerita dong. :D

June 6, 2007

Keindahan Berbahasa

Kemarin malam saya pergi ke Ciwalk, nonton Pirates of the Caribbean: At World's End bareng teman-teman ITB.

Filmnya keren, saya terhibur banget! Walaupun belum nonton Pirates yang kedua, saya ngerasa asik-asik aja... Bisa dikira-kira sih maksud ceritanya, hehe. Tapi tulisan saya kali ini bukan buat membahas film ini, karena pendapat saya tentang film ini udah saya tulis di sini.

Setelah nonton, kami ngga langsung pulang. Kenapa ngga? Karena beberapa orang di antara kami mau dapet donat J.Co gratis, yang kata teman saya Tomo bakal dibagiin di depan tokonya mulai jam 10 malem. :)

Teman-teman nonton bareng ini saya kenal dari keikutsertaan saya di sebuah acara bernama AUDC (Asian University Debating Championship) yang beberapa waktu lalu diadakan di ITB; dimana saya menjadi LO (Liaison Officer), atau penghubung antara peserta dengan panitia inti. Sebelum bisa menjadi LO AUDC kami diwawancara dulu oleh Tomo, untuk melihat kemampuan kami dalam berbicara dalam bahasa Inggris, karena peserta acara yang akan kami dampingi nanti berasal dari berbagai negara di Asia dan satu-satunya bahasa yang akan dimengerti oleh semua adalah bahasa Inggris, apalagi karena lomba debatnya juga dalam bahasa Inggris. Jadi, bisa dibilang orang-orang yang diterima menjadi LO ini adalah orang-orang yang bisa berbahasa Inggris cukup baik secara verbal.

Salah satu teman saya lalu bercerita, suatu hari dia makan bersama tiga orang LO lainnya di sebuah restoran. Kebiasaan yang kadang kami lakukan tanpa sadar ketika sedang berkumpul bersama adalah bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, dan saat makan di restoran itu mereka berempat pun mulai ngobrol menggunakan bahasa Inggris.

Setelah beberapa lama, orang-orang sekitar mereka pun mulai memperhatikan. Bukan karena mereka bikin rusuh atau berencana kabur tanpa bayar, tapi karena bahasa yang mereka pergunakan. Orang-orang yang memperhatikan itu lalu mulai menatap sinis, seakan-akan mereka bergosip tentang tamu-tamu restoran yang lain.

Ketika dua-si A dan si B-dari empat teman saya ini pulang, mereka membahas kesinisan orang-orang di restoran itu. Kira-kira begini percakapannya:

A : "Eh, lo liat ngga tadi orang ngeliatin kita sinis gitu? Kayaknya mereka ngomongin kita juga karena make bahasa Inggris ya?"
B : "Haha... Iya, gw malah denger omongan salah satu dari mereka."
A : "Oya? Denger apa?"
B : "Katanya...
'Dikasih sagu, minta kentang. Belagu, mentang-mentang'."

Waktu dengar karmina (pantun dua baris) itu, saya spontan ketawa. Lucu, kan??? Bisa-bisanya ngarang ungkapan kayak gitu.

Tapi setelah melihat ungkapan itu dari segi logika (bukan segi humor), saya pikir, kok orang-orang itu sinis banget ya.
Apa salah, bicara dengan bahasa selain bahasa nasional kita?
Kenapa harus begitu sinis jika tidak mengerti, sedangkan teman-teman saya juga tidak berbicara pada mereka?
Atau mereka merasa terintimidasi karena tidak mengerti arti percakapan teman-teman saya, dan merasa tersindir?
Kenapa harus disebut belagu, kalau maksud mereka sama sekali bukan untuk pamer kemampuan?

Kalau dilihat dari kacamata orang-orang itu, saya mengerti kenapa mereka menyebut teman-teman saya belagu; karena berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari masih dipandang tidak biasa oleh sebagian masyarakat.
Padahal, apa bedanya dengan kelompok orang yang berbahasa Sunda di tengah orang-orang Jakarta yang tinggal di Bandung?
Sama-sama bahasa yang tidak universal, bukan?
Kenapa orang-orang Sunda itu tidak dipandang belagu, karena bahasa mereka tidak dapat dicerna orang Jakarta?

Padahal-menurut saya-berbahasa Inggris dengan baik (tanpa dicampur aduk dengan bahasa Indonesia) bisa sangat bermanfaat buat kita. Kemampuan bahasa Inggris, saya yakin anda semua tahu, dibutuhkan di masa depan; dimana kita akan banyak berinteraksi dengan manusia dari seluruh dunia dalam masa perdagangan bebas.

Tentu saja bahasa negeri sendiri harus kita hargai, sebagai warga Indonesia yang harus bangga dan melestarikan bahasanya. Maka saya beranggapan, bahwa kebiasaan berbahasa dengan baik harus kita miliki dan tularkan pada sebanyak mungkin anggota masyarakat.

Yang saya maksud dengan berbahasa secara baik adalah dengan berusaha menggunakan satu saja bahasa dalam kalimat-kalimat yang kita gunakan, tidak mencampur-campurnya dan seenaknya membuat kata serapan baru dari bahasa asing.

Sudah terlalu sering, saya rasa, kita mendengar (atau malah berbicara) kalimat-kalimat seperti,
"Management-nya ngga bagus."
"Tune-in terus di radio ini!"
"Kafe ini nge-groove banget."

Oke, mungkin maksud orang-orang yang berbicara dua bahasa sekaligus ini baik, untuk membiasakan diri berbahasa Inggris. Tapi di mana letak penghargaan kita untuk kedua bahasa tersebut? Tidak adakah sedikit pun penghargaan terhadap guru atau tokoh pelestari bahasa, yang saya yakin gatal ingin mengoreksi dan menawarkan diksi dalam Bahasa Indonesia untuk mengubah tata bahasa semrawut orang-orang ini?

Contoh langsungnya, tiga kalimat berantakan tadi bisa langsung diberikan pilihan koreksinya:
"Manajemennya ngga bagus.", atau "Pengaturannya ngga bagus."
"Dengerin terus siaran kami!"
"Suasana kafe ini asik banget."

Tidak ada kata-kata yang terlalu 'berat' yang bisa menimbulkan kesan 'sok serius', tidak juga kata-kata yang melenceng dari makna yang dimaksud.

Saya harap makna dan harapan saya dapat anda tangkap. Maksud saya sama sekali bukan untuk menjelek-jelekkan anda yang punya kebiasaan berbahasa seperti yang saya sebut di atas, tapi hanya untuk menyadarkan anda bahwa penghargaan terhadap bahasa kita (dan juga bahasa asing) dapat kita nyatakan dengan menggunakannya secara benar.

Pasti sekali-dua kali kita pernah secara sadar atau tidak sadar berbahasa seperti ini, diri saya pun tidak terkecuali. Namun jika kita menghargai bahasa, sadarlah tiap kali mencetuskan kalimat, dan mulailah menggunakan satu bahasa saja dalam tiap kalimat. Percayalah, banyak orang yang menganggap kebiasaan dua-bahasa-dalam-satu-kalimat ini tidak indah.

Tidak menyakitkan, kok, mencoba berbahasa dengan baik dan benar. Yang dibutuhkan dari generasi muda saat ini adalah nasionalisme dan kemampuan untuk maju ke era globalisasi; membiasakan berbahasa Indonesia dengan baik bisa menjadi langkah awal menuju yang pertama, dan berbahasa Inggris dapat melancarkan jalan yang kedua.

Mari kita mulai dari diri sendiri, dan kemudian menularkannya pada orang lain.
Berpandangan global, berpikir rasional, bertindak lokal.
Jangan lagi terdengar karmina yang sinis ini:

Dikasih sagu, minta kentang.
Belagu, mentang-mentang.

May 25, 2007

Untuk Kamu

Jiwaku berteriak
Namun berderik tak menghimpun

Mata mencoba menumpahkan
Jadi sungai yang mengalir kerontang

Aku tak apa
Tetapi nuraniku memprotes
Sungguh, aku bahagia
Sesak pun menyeluruh

Ragaku mencarimu
Hatiku memanggilmu
Aku membutuhkanmu

21.05.07
00.19

May 15, 2007

The Spectacles Phenomenon

One afternoon I received a message from my ex. It was a message replying the one I sent him the night before, asking how he was doing and how a lot of things had reminded me of him through the day before. He said he was ok, had met his junior high friend (a girl) who’d come to his campus, just to say hi, and had asked him to give her a campus tour.

The truth is, this girl is the one whom Adi (my ex) had had a crush on when they were in junior high. I found it cute eventually, how he met his crush again, and remembered how funny it was to be having a crush.

Junior high. Found a number of boys who attracted me in a way, but only one certified as my 'junior high sweetheart'. It was all silly and ridiculous, the 'puppy love', but I had fun gossiping about him with my close girlfriends. ;)

Senior high. A public one. Everything was new and fresh, I made friends with a large number of new people, had an unforgettable year in the Student Body, and found a cute, and I mean really cute, senior.

I don’t remember the precise time when I started having a crush on him, but it was certainly during my first year of high school. He was two years above mine, a cute type [based on their face character, I divide guys into three types; ‘cute’, ‘handsome’, and ‘attractive’ (or lucu, ganteng, and cakep)], and nice, though he wasn’t the greatly-welcoming type towards new people.

At the same year, I met a guy who eventually became my first boyfriend. A funny (‘unconventional’ sense of humor or garing, some said, but I found it attractive x) ), clever, diligent, ‘masa depan cerah’ type, teachers’ golden (in a good way), family-oriented, warm-hearted, handsome-type, loving boy.

So after some considerations, these three guys are my lifetime crushes, until now. And one day, I became aware that every one of them shares one physical resemblance.

They all wear spectacles.










My friends said they all have similar faces, hahaha... I don’t agree, though, they don’t look alike, all of them just happen to wear glasses. It felt funny, like my soul have a desire for this kind of guy without my brain confirming it. My ‘type’ is so obvious that a random someone could actually guess which one is the one when a pack of boys are standing nearby. My friend Alien once said, “Nie… You’re sooo obvious!”, and I laughed at this obviousness.

So I am me, a boys-with-glasses adorer. Dunno why, maybe they look slightly smarter? (I happen to like smart boys as well; but, who doesn’t?) Or they look more mature?
Who will be the next guy…? Hahaha… Will he happen to be wearing glasses as well? We’ll see. x) So if you wanna be the next one, maybe you should consider wearing glasses. Hahaha. Kidding. :)

April 24, 2007

My Marriage Plan

No, I’m not actually getting married. I just had an interesting dream about it a few days ago. Quite frightening, I admit, but I found it rather appealing.

In the dream I was at my present age, 19 years old. I was still studying, and I had a boyfriend (I can’t remember who it was). Somehow, in the dream, me and my boyfriend had decided to get married, yes, at the age of 19 and still a student. But at the end of the dream, I panicked, suddenly became aware that I was so far from ready to be a wife, and the whole plan of getting married so soon frightened me.

At a ready-to-be-proposed situation (the whole thing had been settled: from the date of ijab kabul to the souvenir for the party), I decided to cancel the marriage. My parents were both disappointed and relieved, and they supported me. But meanwhile, my boyfriend was very disappointed. Maybe he was so keen on having me as his wife =D, or maybe it was about dealing with a shocking change.

Funny, huh? It made me wondered:
1. Why did I have that dream?
2. What will a real marriage life be like?

For question number 1, I think I have a reasonable answer. Getting close to the age of 20, I think deep in my deepest soul, I’ve started thinking about finding the “one” who will accompany me ‘til the end of my life. The thought of the possibility of having a “wrong” person as a life partner can be quite terrifying. What if the man I once saw wonderful turn out to be a possessive, wife-controller psychopath? Or he is a horrifying masochist who enjoys threatening and abusing his partner for his own sexual pleasure?? Okay, I’m being paranoid. Well, my point is, what if my husband is not the person I’d thought he was? Maybe, my deepest soul is thinking about these things, thinking too hard about them? And even my sleep got disturbed by it.

On the other hand, I like wondering about how a marriage life will be like. The idea of being devoted to one man and having him as your soul mate can be both exciting and frightening. What if I (or we) become bored of each other? What if our dreams never come true? Sometimes I can be a pro-marriage person, seeing the whole situation as a wonderful thing. But at some other times I see marriage as an unnecessary thing, since we can just have boyfriends, not a husband. But honestly, I’m a lot more of a pro-marriage person.

Gee, hasn’t this post been a heavy, unimportant self-centered argumentation? I should stop thinking too much about this x). But hey, it’s just me, a romance and drama sucker who loves love stories, but only when they’re not cheesy.

And hey, it’s my blog, anyway. =)

April 8, 2007

A SUPER Restaurant I Recommend

(Alert: "Mupeng" reaction attractor)

Hari Jumat lalu gw nemenin ibu gw jalan-jalan. Bukan jalan-jalan yang biasanya sih, tapi ini kegiatan "jalan-jalan" yang udah gw lakukan dari waktu gw kecil. Jalan-jalan yang dimaksud adalah... Meninjau proyek-proyek. Hehehe.

Oiya, sebelum gw lanjutin... Buat yang belum tau, ibu gw adalah seorang konsultan desainer interior dan rancang-bangun. Dulunya sih sekolah Arsitektur, dan berkembang terus bidang pekerjaannya, sampe sekarang fokusnya di interior.

Rute perjalanannya Kemayoran-Sudirman-Setiabudi Building-Hotel Sultan-Sudirman-Pulang. Nah kita makan siang di Setiabudi Building. Ibu gw pengen makan makanan Jepang atau Italia, katanya. Setelah muter-muter, akhirnya diputuskan kita akan makan di SushiGroove. Gw udah pernah makan disini, tapi waktu itu dalam keadaan duit yang terbatas sehingga gw pun kurang puas memesan. Heheheheh... Dan berhubung sekarang gw dateng sama ibu gw, jadi puas-puasin deh. Yang kita pesan:

- Soulful Fried Chicken - potongan ayam goreng dihidangkan dengan serutan kol, disiram saus mayones.
- Curry Fried Rice Bibimbab - nasi goreng+telur yang dihidangkan di dalam mangkok panas (masaknya di mangkok itu juga).
- Mayonnaise Dream Roll - sushi salmon pake mayones di atasnya.
- Cold Ocha - well, cold green tea.

Dan... Oh Tuhan...
Bibimbabnya enak banget...
Sumpah. 5 dari 5 bintang deh.

Mayonnaise Dream Roll-nya juga...
5 dari 5.

Soulful-nya... Enak buat "menetralisir" lidah dari rasa Bibimbab dan Roll yang "pekat".

Jadi, Curry Fried Rice Bibimbab ini nasi goreng yang nasinya agak lembek gitu, dan ada kuning telurnya yang waktu awal datang masih lembek, tapi jadi matang karena nasinya panas banget dan mangkoknya pun masih panas... Rasanya tuh 'kari banget', dan enak, enak, enak. Porsinya sih terlalu gede buat sendirian, untungnya gw sama ibu mesen tiga menu makanan itu untuk dimakan berdua. Rasanya legit, gurih, enak banget. Apalagi kalo makan bagian nasi yang gosong. Yummm....

Kalau Mayonnaise Dream Roll, ini sushi roll yang bentuknya kayak California Roll biasa, tapi panas... Ngga tau ya dimasaknya dipanggang atau dikukus, pokoknya sushinya anget deh. Di atasnya ada lapisan telor ikan yang jingga kecil-kecil itu, dan di dalemnya salmon dikasi mayones yang kerasa banget. Enak banget 'ramuan'nya, karena gw dan ibu gw sebagai pecinta mayones sangat puas. Hehehe. Sesuai namanya, lo bakal kayak lagi mimpi deh... (Halah).

Waktu pertama kali gw makan disini, gw makan Soulful Fried Chicken aja (karena duit yang terbatas, inget?). Tapi seinget gw, waktu itu makanan ini ngga seenak waktu kedua kali makan... (Atau gw aja yang lebih laper? Hehe) Garing, mayones lagi, sayuran penetral... Nikmat.

Begitu selesai makan, gw ngerasa puaas dan seneeng... Hehe, emang makanan itu bisa menyenangkan perasaan yah. :) Gw nagih banget Bibimbab sama Roll-nya, pengen makan lagi...
SushiGROOVE ada sih cabangnya di Bandung, di Parijs van Java, tapi biasanya kalo makan di Bandung mah diirit-irit, hehehe... Ngga tega gitu rasanya makan yang di atas 20rb, maunya yang murah-murah aja, haha...

I totally recommend this restaurant, specially to you who loves Japanese food. The atmosphere is also great, and it doesn't take a long time for the chefs to make your orders. In one word, satisfying. And superbly delicious. (That makes 3 words, anyway) And not one of those illogically-expensive restaurants. I'm not saying it's cheap, but the price list doesn't irritate me. If you're planning to eat a full menu (sushi+rice/noodle+drink+dessert) for yourself, you should prepare about 75,000 IDR. But that's a huge meal for me, since I won't be able to bear the whole menu I mentioned, for myself only.

SushiGroove opens at Gedung Setiabudi One-Kuningan, Mal Pondok Indah 2-Pondok Indah, and Mal Taman Anggrek-S.Parman (Jakarta), and you can also find it at Paris Van Java-Sukajadi, Bandung.
Or click here to explore more.

April 7, 2007

Akhir minggu ini gw di Jakarta (lagi)...

Yah berhubung liburan lumayan panjang (3 hari aja sih) pulang deh, walaupun ada tugas Kontek sama Kimia. Sial... Gak bisa liburan ya emang, ada aja tugas...

Sebenernya sih gw ngga punya alasan buat pulang...
Kangen? Belum. Baru minggu lalu pulang *hahaha*.
Janjian sama seseorang? Ngga juga tuh...
Ada sesuatu yang harus gw lakukan di Jakarta? Apaan tuh, ngga ada...

Ada sih satu hal yang bikin gw pengen pulang, yaitu ketemu sama...

Anjing baru gw.

Hahahaa...

Soalnya lucu bangeet,, anjing kecil gitu... Gw dari dulu pengen punya anjing kecil soalnya punyanya anjing gede terus, dan tiba2 dikasih aja gitu ni anjing sama tetangga, dan keluarga gw nerima, hahaha, udah kayak tempat penampungan binatang. Trus dipelihara deh.. Masih kecil baru 3 bulan-an... And she's soooo cute....

Kelakuannya masih manja dan hiperaktif gitu, jadi heboh banget tiap kali didatengin sama orang. Masih suka berusaha gigit kaki dan sandal orang *itu yang nyebelin*, dan masih ekspresif bangett.....


Biodata:
Nama : CILIK a.k.a. Kuncil a.k.a. Kuncling a.k.a. Kuncring.
Tempat, Tanggal Lahir : Cinere, sekitar bulan Januari 2007 (tanggal tepatnya akan dicari tahu, atau ditetapkan jika tidak berhasil diketahui)
Warna : Hitam-putih
Warna mata : Hitam
Kebiasaan : Gigit sandal, gigit kaki, sprint bolak-balik
Description in one word : Adorable.

Gw menyarankan semua orang untuk melihara, atau minimal, sayang sama anjing. Karena mereka itu makhluk yang mudah banget untuk disayang... Cara mereka manja sama lo, cara mereka menggonggong kalo kita pulang, cara mereka minta disayang dan dipegang-pegang... Phew. They are so sweet and adorable. Ngga usah takut kok sama anjing... (kecuali anjing gila atau yang galak abis-abisan) Mereka ngga akan nyakitin lo kalo lo tenang dan ngga nyakitin dia..

Hehe kenapa gw jadi kampanye gini?

I love dogs. Much much.


March 10, 2007

Gw baru aja nonton “Badai Pasti Berlalu”.
Gw nonton tanpa ekspektasi berlebihan, takut kecewa, hehe. Dan ternyata ngga sejelek yang gw bayangin lho. Lumayanlah…

Hmm… Dari segi cerita, gw bisa ngasi tiga bintang buat film ini. Mungkin kalian udah tau bahwa film ini adalah hasil pembuatan kembali film berjudul sama yang dibuat tahun 1970-an. Pemainnya Christine Hakim sama Slamet Rahardjo. Dan dulu jadi film yang populer banget, sempet jadi “film tahun ini” secara nggak resmi.

Kedua film yang tahun produksinya beda 30 tahun ini punya persamaan dalam segi cerita. Iyalah, karena dua-duanya diadaptasi dari novel karya Marga T. di tahun 1970-an yang judulnya sama. Inti ceritanya sih tentang cinta, dilengkapi bumbu pengkhianatan, kesalahpahaman, dan kelicikan atas nama cinta. Ceritanya nggak peachy (ngga nemu istilah Indonesianya :p) sih menurut gw, apalagi cerita di BPB 2007 ini udah diubah-ubah dikit biar lebih pas sama keadaan sekarang dan ngga terkesan mengada-ada. Misalnya, tokoh seorang cowok yang aslinya berprofesi seorang pianis diganti jadi manajer restoran. Pianis, oh tolong… Terlalu dramatis. Ntar jadi kayak “Biola Tak Berdawai” tuh. D’uh. Hmm… Mau protes soal citra keluarga peran utama cewek yang keliatan berlebihan sih (rumah yang keren, hadiah pernikahan yang “wah”, kehidupan sosialita yang mewah banget), soalnya di cerita aslinya juga mereka ngga digambarin sekaya itu.

Akting pemain-pemainnya cukup bagus… Agastya Kandou main standar seperti biasa, Slamet Rahardjo lumayan, Vino lumayan juga (dia mainin peran yang karakternya kayaknya cocok sama aslinya) walaupun dia terlalu banyak nyengir (yang malah bikin gw jadi kesel ngeliatnya)! Pasti kering deh mulutnya waktu syuting. Hahaha. Sang aktris pendatang baru Raihaanun yang main jadi tokoh utama pacar Leo (Vino) main cukup bagus juga… They had a nice thing about chemistry going on. Hm, palagi ya? Davina is so good playing as a bitch. Oiya, ada satu hal baru (bagi gw) yang terjadi pada salah satu aktor di film ini, Winky Wiryawan jadi tokoh antagonis! Tapi tetep aja… ganteng. Hahahaha. Winky keren juga aktingnya, sedikit di bawah aktingnya untuk “Berbagi Suami”, tapi jauh lebih baik daripada di “Ruang”. Dia jadi suaminya Raihaanun, suami yang jahat, cuma memanfaatkan si istri aja… Basically, he’s the jerk, and he played it well. Love you, love you, Winky!

Keunggulan lain film ini... Bertaburan cowok-cowok ganteng. Jadi nilai tambah yang bikin betah nontonnya. Hahaha xp. Ada Vino Bastian, Winky, sama satu lagi yang sebenernya figuran sih, tapi ganteng… Namanya Ibnu Jamal. Rasanya gw pernah ngeliat mukanya di iklan atau video klip, tapi sampe sekarang gw belum inget dimana. Ntar ya, liat di Google dulu. Oiya!!! Dia tuh yang main iklannya Star Mild yang "Obsesi : Selebriti" bukan sih?? Kok di film ini ganteng ya??Perannya sih figuran banget, cuma ngomong satu kalimat kale. Tapi ngga penting deh ya… Hahaha. Tp ngomong-ngomong, masa dia main di film yang sponsornya L.A. Lights sih...?

Secara umum… Gw kasih BPB ini 2,5 dari 5 bintang. Pas setengah tuh, hehe… Yang bikin kualitasnya turun tuh beberapa adegan yang ngga penting (kayak waktu tokoh Slamet Rahardjo nyanyi buat istrinya dan beberapa adegan lainnya) pengeditan gambar yang ngga enak dimata, dan kualitas suara yang kurang ramah juga. Tapi kalo soal penceritaan cintanya, aduh… Bagus deh. I’m a sucker for love stories, haha. So it’s from a romantic person’s point of view. Bisa bikin senyum dan bahagia di saat yang tepat, dan sedih banget di momen yang pas juga…

Tonton deh kalo sempet, tapi beli dvd-nya (yang asli ya) juga mungkin gapapa sih. Tapi kalo lo suka film percintaan dan suka sama tiga cowok ganteng yang gw sebut di atas, “Badai Pasti Berlalu” ngga boleh lo lewatin!

January 30, 2007

Have you ever been in love?

Being in love is just great. Simply wonderful. Adoring someone is overwhelming, like you've found one miracle of the world nobody has ever seen yet. It makes you feel both proud and imperfect, at the same time.
Bright and sunny days enlighten your life, more often than the dark and gloomy ones. Or you make yourself see life that way.

Have you ever felt broken hearted?

It's when your heart got hurt so deep, tears keep dropping and your life seems to have met a dead end. It all went dark, and future looks like an eternal thunderstorm.
You reject all the goodness life has to offer you, look down to every precious thing you have in your life. You keep saying you can't live without him, or her, and keep believing that the person's "the one", and no other person is better.

Or have you ever been in between?

You're happy and adoring all there is about your love, you're grateful for every blessing your love has given to you.
You don't want your love to leave when it feels so great and overwhelming, you are willing to give your love everything you possess.

But at the same time you know that it's not gonna work out the way you want it to be. It will not go as well as you wish. There's much to give out and much to take in, and as time goes by you know you will be hurt more and more.

It's really, really hard to let the things you love go, you will sacrifice yourself to protect your love from 'evaluators', and ended up feeling devastated when it all seems useless.

They say you should look back and evaluate what you've accomplished in life every once in a while. When I do that, I see myself caught between two situations, between giving up and trapped really deep.

Love is about giving and taking.
Love is about giving attention, about caring more about people. It is about sacrificing.
But I've never got into this situation, and having to face the fact that love is also about surrendering and understanding certain circumstances which are not made to be understood, it just need to be accepted, tolerated.

Life opened my eyes today. I've just realized that love is indeed complicated.
Of course people say so now and then, but this day I just understood what it really means.

It's only love, and that is all.
Why should I feel the way I do?
It's only love, and that is all.
But it's so hard.
Loving you, yes it's so hard.
Loving you, loving you..

- It's Only Love - The Beatles

January 28, 2007

Listening to: Keane - Sunshine
Feeling: Sleepy
In the mood for: Eating fried rice n chicken served on the table
Adoring: "Kunjungan Cinta"

I FINALLY WATCHED "KUNJUNGAN CINTA"!!!

Sorry, Alien.... :D

Ceritanya begini..
(SPOILER ALERT! Tapi pentasnya juga selesai hari ini sih, jadi ngga akan bisa nonton juga)

Ada sebuah kota yang bernama Kota Goela, kota super miskin, padahal memiliki tambang emas yang pernah bikin penduduknya kaya, tapi lalu tambangnya berhenti beroperasi dan membuat mereka kehilangan sumber keuangan.

Suatu hari penduduk Goela gembira sekali mempersiapkan penyambutan kedatangan Clara Zakanasian, seorang wanita super kaya yang dulunya penduduk kota Goela juga. Mereka berharap Clara mau membantu kota kelahirannya kembali makmur, mengharapkan dana sumbangan.

Harapan mereka ternyata terkabul. Clara menawarkan uang 1 trilyun Rupiah untuk Kota Goela; 500 milyar untuk kota dan sisanya dibagi-bagi ke penduduknya. Kontan penduduk Goela geger, sangat gembira. Namun Clara memberikan satu syarat: uang 1 trilyun itu harus ditukar dengan nyawa seorang tokoh masyarakat, Ilhat Alipredi.

Mulailah dilema dan ironisme melanda kota ini. Semua penduduk sepakat tidak mau menerima hibah itu, demi menghormati dan menyelamatkan Ilhat. Namun dari hari ke hari penampilan mereka semua semakin rapi dan mahal, gaya hidup mereka menjadi mewah dan kebiasaan berhutang barang-barang mahal menjadi umum. Secara implisit digambarkan sikap mereka yang dualis, berlaku sopan dan suportif di hadapan Ilhat namun menerima kebaikan hati Clara Zakanasian yang notabene ingin membunuh Ilhat karena dendam pribadinya 45 tahun yang lalu.

Kebenaran pun diungkap. Clara mengaku membeli tambang emas Goela dan menghentikan operasinya, membeli semua properti dan lahan Goela untuk dirinya, dan dengan sengaja menjerumuskan Goela ke dalam kemiskinan. Semua karena dendam Clara pada Ilhat yang menolak bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya.

Akhir cerita, Ilhat mati dibunuh beramai-ramai sama petinggi-petinggi kota.
Tapi dokter kota menyatakan karena serangan jantung.

-----------

Moral of the story : Money talks. Humanism is rubbish, if compared to a bundle of paycheck.

-----------

Now, please allow me to give some amateur review and assessment, based only and only on my personal view.

Secara umum, gw suka banget sama dramanya... Gw puas nontonnya...
Secara keseluruhan, produksinya bagus.

Akting Butet Kartaredjasa keren, I'll give him an A. Ekspresinya pas, ngga berlebihan dan ngga kekurangan. Natural, but at the same time dramatic. He really blends into the character.

Akting Ratna Riantiarno juga bagus, tapi jujur menurut gw agak kalah sama Butet. Tapi dia bisa munculin karakter Clara dengan cukup bagus... I'll praise her with an A--.

Oiya, gw cerita kan ada guru SMP gw yang main di drama ini? Ternyata perannya gede juga lho. Dan mainnya bagus juga. Pelatih teater gw tuh dulu, hahahaha. Beliau main jadi guru yang awalnya menentang penerimaan hibah Clara (secara jujur dan tulus, bukan kayak orang-orang lain yang ngomongnya nolak tapi diem-diem seneng) dan mendorong Ilhat supaya melawan konspirasi ini, tapi akhirnya kalah dan menyerah pada kapitalisme. Beliau akhirnya mendukung juga pembunuhan Ilhat, sementara Ilhatpun tak bisa berkutik dan pasrah. It was fun watching Pak Tono JW playing and enjoying what he says as his second wife (quoting Nirmala magazine who once interviewed him)... Aktingnya bagus Pak, salut.

Yang bikin gw kagum tuh orang yang mainin tokoh reporter beraksen Belanda, lucu abis. Lucu tapi ngga berlebihan, dan aksen suaranya lucu banget. Kalo ngomong huruf J tuh bunyinya "sha" jadi kalo ngomong "baju" kedengarannya "bashu". Bawel abis, pecicilan, tapi ngga berlebihan. Lucu banget.

Gw juga suka banget sama peran 5 orang berbaju hitam dan bermuka putih+bibir item (kayak orang pantomim gitu) yang peran dan tugasnya memvisualisasikan perasaan tokoh-tokoh di suatu adegan sama jadi benda-benda mati. Dan peran mereka asik banget. Pernah jadi pohon, jadi penduduk biasa, dan jadi orang-orang tambahan yang memvisualisasikan tadi. Memvisualisasi disini tuh menggerakkan badan mereka untuk menggambarkan sesuatu. Misalnya, mereka nunduk waktu adegan dan percakapan sedih, ganti posisi saat irama adegan berubah, atau bergoyang ke kiri-kanan waktu adegan mengharukan. Bagus banget menurut gw, dan peran itu menantang bagi gw.

Dan ada satu lagi yang gw kagumin dari Kunjungan Cinta ini, yaitu penataan artistik dan dekor panggungnya. Kereeeen banget. Gw mupeng (muka pengen) abis. Ada tataan toko kelontongnya Pak Ilhat, namanya "Toko Kelontong Alipredi". Detail banget bikinnya, ada segala macem disitu, dan tokonya sendiri bagus. Keren deh. Perfect. Kostumnya tokoh-tokoh juga bagus-bagus... Kerja penata kostumnya bagus (songong abis gw). Oiya, kostumnya Clara Zakanasian ada desainernya sendiri lho. Hehehe...

Satu kekurangan dari drama ini menurut gw adalah satu adegan paduan suara di akhir cerita. Jadi waktu hari penghormatan terakhir Ilhat di latar ada paduan suara gitu, make baju warna-warni dan ngegambarin dualismenya orang-orang Goela. Orang-orang yang datang ke penghormatan itu ngelempar bunga di depan peti matinya, tapi setelah itu memberi hormat ke Clara. Petinggi-petinggi atau tokoh Goela ngangguk-ngangguk sama-sama, seragam. Haha. Ironis. Dan sepanjang adegan itu ada paduan suara nyanyi-nyanyi, yang menurut gw lebih baik ngga ada... Terlalu 'gempita', terlalu heboh. Dan lirik lagunya juga ngga kedengeran jelas... So what's the point? Lebih bagus mungkin kalo adegan penutup itu dilatari musik dan lagunya aja, ngga usah ada paduan suara yang nari-nari. Kayak High School Musical ajah.

Tapi yang pasti, gw terkesan dan kagum banget sama Kunjungan Cinta. Setelah nonton, gw jadi semangat main teater lagi... Sejak SD gw udah ikut ekskul Drama/Teater, dan ngga pernah bosen. Di ITB ini pun gw tadinya pengen ikut Unit STEMA (Studi Teater Mahasiswa), pengen banget, tapi gw kecewa berat waktu ngeliat stand-nya kosong dan ngga ada dekornya sama sekali. Udah gw tungguin beberapa lama (ya gw kan ngga bisa disitu terus), tapi ngga ada orang muncul juga. Ya udah. Ngga ada juga temen-temen gw yg ikutan STEMA, jadi gw ngga dapet info ttg unit ini. Yah, pasrah deh. Mungkin taun depan gw ikut.

Tapi sejujurnya, gw lebih kepengen ikut teater-teater "beneran" yg non-kampus, kayak si Teater Koma ini. Pengen nyari di Bandung. Dulu ikutan teater ini jadi salah satu pertimbangan gw untuk ngga kuliah di luar Jakarta lho... Segitu pengennya gw... Tapi setelah itu gw mutusin untuk kuliah di Bandung, dan jadinya ngga mikirin Teater Koma, dan mikir-mikir untuk nyari komunitas teater di Bandung. Di Bandung ada panggung pertunjukan ngga sih? Masa di Sabuga?

Gw butuh penyaluran hobi, nih... Kangen banget maen drama lagi...

Anyway, I love Teater Koma... I love "Kunjungan Cinta"...
And you guys who didn't have the chance to watch the play, be sure to watch the next play performed by these talented people...

January 18, 2007

..
Listening to: These songs sung by American Idol Early Contestants
Feeling: Surprised... Worried...
In the mood for: Watching the "Kunjungan Cinta" play by Teater Koma
Adoring: Myself. Haha.

Gw lagi nonton American Idol (AI) sambil nulis ini. Sekarang mereka lagi ngeaudisi di Seattle, dan orang-orang yang ikutan audisi ini bener-bener menakjubkan.

Tiap kali nonton acara ini, gw bertanya-tanya:
"Orang-orang yang nyanyinya kacau ini sadar ngga sih kayak apa suara mereka?"

Kalo dari yang gw liat dari muka mereka sih, ngga. Mereka bener-bener nganggep diri mereka berbakat dan bagus. Padahal engga. Bener-bener ngga. Kecuali kalo orang-orang yang kupingnya sumbang yang dengerin mereka nyanyi. Sayangnya, Simon Cowell, Paula Abdul, Randy Jackson, dan 80% penonton AI kupingnya normal.

I mean, they ARE that pathetic.

Masa ngga ada yang ngasi tau mereka sih bahwa mereka ngga bisa nyanyi...??? Parah banget. Sebenernya orang-orang yang paling bersalah ya orang-orang yang seharusnya menyadarkan bahwa mereka ngga bagus itu, karena mereka jadi dipermalukan oleh 3 orang juri itu di hadapan Seluruh dunia.

OH TUHAN. Orang ini nyanyi "Bohemian Rhapsody"-nya QUEEN dengan suara falseto GAGAL, tanpa ekspresi pula. GOD.

Somebody please tell him the truth!!! Well, truth does hurt, what can I say?

And please... Don't sing this masterpiece... >:(

Oh iya... Ada yang berminat nonton "Kunjungan Cinta" ngga? Ini pentas dramanya Teater Koma... Setelah gw baca iklannya, di daftar pemain ada nama Supartono JW, yaitu... Guru Bahasa Indonesia SMP gw dan pelatih drama gw waktu SMP dulu. Nice, nice, nice... Makin kepengen nonton, karena gw lumayan kangen juga sama nih guru... He's my fave Junior High teacher, actually, haha, I bet some of my old friends would be dumbstruck if I told them this...

Semoga aja tiketnya masih ada, soalnya kata nyokap gw tiket Teater Koma tu cepet banget abisnya... Gw mau nelpon ke TIM besok, hope I'll get good news...

Ah! Gw dapet kerjaan liburan ini... And I meant a real job. I've got a job to translate these 10-pages text of cosmetics informations into Bahasa Indonesia... I've just realized that it's not really exciting after all, since all I've got to do is translating these chemical ingredients and what they are capable to do (e.g. "Lactic Acid Ester has a good moisturising effect, exceptional keratolitic activity and is great for blemished and mature complexions.")

Whoa, what IS keratolitic? Ah, never mind, I'm doing it anyway, cause I'm getting paid for it.. Yay!
Listening to: Beegees - How Deep Is Your Love
Feeling: Slightly disappointed
In the mood for: Crying
Adoring: Nobody. No one. Nothing.

I'm a bit sad. Don't know why, but really. I am hurt, deep inside my heart.

Gw sekarang di rumah.. Udah jam segini (10 menit menuju jam 2 pagi) tapi gw belum kepengen tidur... Kenapa yaa? Akhir-akhir ini gw susah tidur, udah kira-kira 2 minggu ini.. Awalnya gw kira karena tegang soal UAS-UAS dan nilai-nilai akhir gw (which is neither horrible nor great, it was just ok and I'm not satisfied about it), tapi sekarang semua nilai udah keluar dan ngga punya beban apa-apa lagi, tinggal menikmati liburan... Kenapa gw masih susah tidur..? Apakah gw insomnia..?

Well... I've not-so-importantly browsed a few about "insomnia", and these are the facts I've gathered, courtesy of Wikipedia.com:

Insomnia is characterized by an inability to sleep and/or to be incapable of remaining asleep for a reasonable period. Insomniacs typically complain of being unable to close their eyes or "rest their mind" for more than a few minutes at a
time. Both organic and nonorganic insomnia constitute a sleep disorder.

It is often caused by fear, stress, anxiety, medications, herbs, caffeine or sometimes for no apparent reason.

An overactive mind or physical pain may also be causes.
Finding the underlying cause of insomnia is usually necessary to cure it.

Some of the most common causes are:

..... Bla bla.....

Lack of exercise - Exercise makes people tired/sleepy.

Darn it. Otak gw ngga segitu aktifnya sampe loncat-loncat di trampolin, orang lagi liburan. Gw udah berentiin minum kopi sejak UAS selesai (waktu itu tiap malem minum kopi), gw ngga lagi stres, gw ngga lagi dalam pengobatan apa-apa.

So?

This reliable source helped me conclude that this disease I'm suffering from is merely caused by "no apparent reason". Gyahahahaha...

Yg paling masuk akal adalah... Karena gw ngga pernah olahraga "beneran". Olahraga gw selama liburan ini adalah jalan kaki dari Ganesa ke LFM ("jauh" banget) dan senam mulut karena ketawa mulu, hahaha. Parah emang.

Atau sebenernya gw masih setres tapi ngga nyadar? Padahal beberapa hari ini kerjaan gw nyampah mulu, ngga ngapa-ngapain, paling banter ngedit detail info lagu koleksi mp3 gw (itu udah paling penting)... Sisanya nyampah di LFM, makan-makan bareng, nonton bareng, pulang malem sampe dijutekin bapak penjaga gerbang... Itu ajah.

Jadi kenapa gw ngga bisa tidur?

Mungkin belum direstui aja kali ya...
Hahaha...

January 14, 2007

Listening to: This lounge music Starbucks is playing
Feeling: OK
In the mood for: That YUMMY Starbucks' Signature Hot Chocolate
Adoring: "That" Man

IT'S HOLIDAAAAYY!!!!
HOLIDAAAAY!!!
HOLIDAAAAY!!!

Ok. Enough. :)

I spent the first week of holiday at Jakarta, no, Depok, actually. Just spending time for unimportant things (e.g. watching TV, getting up late, going to Gramedia and reading one whole book without paying xp) at home and got upset by something 'predictable'...

I watched Babel at Senayan City's XXI the first Monday I got to Jakarta. Went there with those people again; Primo, Dissa, Nyta, PJ, Arya, Ical, and Mole, whom I haven't met for a quite long time. The movie itself wasn't as good as I expected... I'm not going to tell you what the story was about (you can just read it here), I'm just gonna tell you what I think about it. Of course Brad Pitt played well like he (almost) always had and the movie was something, but the story wasn't that good and the whole picture was not that good. I was neither touched by the story or awed by their acts. I simply laughed when the funny scenes was on the screen and silent when the dramatic parts came into action. But at the end of the movie it was all "so-so" and it wasn't memorable. Such a shame, cause I've been waiting for this movie and it was also chosen as the opening movie for this year's Jakarta International Film Festival. But maybe it's just me, just watch it if you're curious.

I'm actually dying to watch 'The Holiday'!!! Yes, the movie which takes Christmas as its background and is supposed to be played DURING that holiday is finally coming to Indonesian theatres. I read the Yahoo! Movies review on this movie, and they say it's not that good, they literally gave it a grade C+. I just fell in love with the movie poster which shows Jude Law and Cameron D at an 'i-love-you' session. Hahaha, yes, that's me... I mean, really, can you not fall in love with this kind of picture?

Jude Law is one of the few English who actually look gorgeous. Well, most of the times. I've seen him at his worse on imdb, a picture of him which actually is part of this movie. Cameron D is also gorgeous on this movie, she's really pretty and neat-looking, and I just hope she'll have that chemistry with Mr. Law.

Hmm... What else? Oh, I've watched Pocong 2, it wasn't bad, really. I was horrified and half-covered through the scary scenes, yes, I'm a coward. I'm not a fan of horror movies, even the local ones. Hahaha. I watched it with my LFM friends, and I sat next to two of my noisy friends who scream loudly during the scary scenes, both on the scary and normal scenes. But it was fun! Lucky me, I'm not the type of prson who goes paranoid after watching scary movie, so even I saw a bolster turned to Pocong I still can sleep holding my bolster. :)

I'm currently writing at Starbucks in Bandung Supermal, with my LFM friends, again. The six of them are playing cards while drinking that top-ranked Signature Hot Chocolate. YUM. I'm ending this right now, and I'm gonna buy that Signature Choc.

Let's enjoy this HOLIDAY!!! :)