January 28, 2007

Listening to: Keane - Sunshine
Feeling: Sleepy
In the mood for: Eating fried rice n chicken served on the table
Adoring: "Kunjungan Cinta"

I FINALLY WATCHED "KUNJUNGAN CINTA"!!!

Sorry, Alien.... :D

Ceritanya begini..
(SPOILER ALERT! Tapi pentasnya juga selesai hari ini sih, jadi ngga akan bisa nonton juga)

Ada sebuah kota yang bernama Kota Goela, kota super miskin, padahal memiliki tambang emas yang pernah bikin penduduknya kaya, tapi lalu tambangnya berhenti beroperasi dan membuat mereka kehilangan sumber keuangan.

Suatu hari penduduk Goela gembira sekali mempersiapkan penyambutan kedatangan Clara Zakanasian, seorang wanita super kaya yang dulunya penduduk kota Goela juga. Mereka berharap Clara mau membantu kota kelahirannya kembali makmur, mengharapkan dana sumbangan.

Harapan mereka ternyata terkabul. Clara menawarkan uang 1 trilyun Rupiah untuk Kota Goela; 500 milyar untuk kota dan sisanya dibagi-bagi ke penduduknya. Kontan penduduk Goela geger, sangat gembira. Namun Clara memberikan satu syarat: uang 1 trilyun itu harus ditukar dengan nyawa seorang tokoh masyarakat, Ilhat Alipredi.

Mulailah dilema dan ironisme melanda kota ini. Semua penduduk sepakat tidak mau menerima hibah itu, demi menghormati dan menyelamatkan Ilhat. Namun dari hari ke hari penampilan mereka semua semakin rapi dan mahal, gaya hidup mereka menjadi mewah dan kebiasaan berhutang barang-barang mahal menjadi umum. Secara implisit digambarkan sikap mereka yang dualis, berlaku sopan dan suportif di hadapan Ilhat namun menerima kebaikan hati Clara Zakanasian yang notabene ingin membunuh Ilhat karena dendam pribadinya 45 tahun yang lalu.

Kebenaran pun diungkap. Clara mengaku membeli tambang emas Goela dan menghentikan operasinya, membeli semua properti dan lahan Goela untuk dirinya, dan dengan sengaja menjerumuskan Goela ke dalam kemiskinan. Semua karena dendam Clara pada Ilhat yang menolak bertanggung jawab atas anak yang dikandungnya.

Akhir cerita, Ilhat mati dibunuh beramai-ramai sama petinggi-petinggi kota.
Tapi dokter kota menyatakan karena serangan jantung.

-----------

Moral of the story : Money talks. Humanism is rubbish, if compared to a bundle of paycheck.

-----------

Now, please allow me to give some amateur review and assessment, based only and only on my personal view.

Secara umum, gw suka banget sama dramanya... Gw puas nontonnya...
Secara keseluruhan, produksinya bagus.

Akting Butet Kartaredjasa keren, I'll give him an A. Ekspresinya pas, ngga berlebihan dan ngga kekurangan. Natural, but at the same time dramatic. He really blends into the character.

Akting Ratna Riantiarno juga bagus, tapi jujur menurut gw agak kalah sama Butet. Tapi dia bisa munculin karakter Clara dengan cukup bagus... I'll praise her with an A--.

Oiya, gw cerita kan ada guru SMP gw yang main di drama ini? Ternyata perannya gede juga lho. Dan mainnya bagus juga. Pelatih teater gw tuh dulu, hahahaha. Beliau main jadi guru yang awalnya menentang penerimaan hibah Clara (secara jujur dan tulus, bukan kayak orang-orang lain yang ngomongnya nolak tapi diem-diem seneng) dan mendorong Ilhat supaya melawan konspirasi ini, tapi akhirnya kalah dan menyerah pada kapitalisme. Beliau akhirnya mendukung juga pembunuhan Ilhat, sementara Ilhatpun tak bisa berkutik dan pasrah. It was fun watching Pak Tono JW playing and enjoying what he says as his second wife (quoting Nirmala magazine who once interviewed him)... Aktingnya bagus Pak, salut.

Yang bikin gw kagum tuh orang yang mainin tokoh reporter beraksen Belanda, lucu abis. Lucu tapi ngga berlebihan, dan aksen suaranya lucu banget. Kalo ngomong huruf J tuh bunyinya "sha" jadi kalo ngomong "baju" kedengarannya "bashu". Bawel abis, pecicilan, tapi ngga berlebihan. Lucu banget.

Gw juga suka banget sama peran 5 orang berbaju hitam dan bermuka putih+bibir item (kayak orang pantomim gitu) yang peran dan tugasnya memvisualisasikan perasaan tokoh-tokoh di suatu adegan sama jadi benda-benda mati. Dan peran mereka asik banget. Pernah jadi pohon, jadi penduduk biasa, dan jadi orang-orang tambahan yang memvisualisasikan tadi. Memvisualisasi disini tuh menggerakkan badan mereka untuk menggambarkan sesuatu. Misalnya, mereka nunduk waktu adegan dan percakapan sedih, ganti posisi saat irama adegan berubah, atau bergoyang ke kiri-kanan waktu adegan mengharukan. Bagus banget menurut gw, dan peran itu menantang bagi gw.

Dan ada satu lagi yang gw kagumin dari Kunjungan Cinta ini, yaitu penataan artistik dan dekor panggungnya. Kereeeen banget. Gw mupeng (muka pengen) abis. Ada tataan toko kelontongnya Pak Ilhat, namanya "Toko Kelontong Alipredi". Detail banget bikinnya, ada segala macem disitu, dan tokonya sendiri bagus. Keren deh. Perfect. Kostumnya tokoh-tokoh juga bagus-bagus... Kerja penata kostumnya bagus (songong abis gw). Oiya, kostumnya Clara Zakanasian ada desainernya sendiri lho. Hehehe...

Satu kekurangan dari drama ini menurut gw adalah satu adegan paduan suara di akhir cerita. Jadi waktu hari penghormatan terakhir Ilhat di latar ada paduan suara gitu, make baju warna-warni dan ngegambarin dualismenya orang-orang Goela. Orang-orang yang datang ke penghormatan itu ngelempar bunga di depan peti matinya, tapi setelah itu memberi hormat ke Clara. Petinggi-petinggi atau tokoh Goela ngangguk-ngangguk sama-sama, seragam. Haha. Ironis. Dan sepanjang adegan itu ada paduan suara nyanyi-nyanyi, yang menurut gw lebih baik ngga ada... Terlalu 'gempita', terlalu heboh. Dan lirik lagunya juga ngga kedengeran jelas... So what's the point? Lebih bagus mungkin kalo adegan penutup itu dilatari musik dan lagunya aja, ngga usah ada paduan suara yang nari-nari. Kayak High School Musical ajah.

Tapi yang pasti, gw terkesan dan kagum banget sama Kunjungan Cinta. Setelah nonton, gw jadi semangat main teater lagi... Sejak SD gw udah ikut ekskul Drama/Teater, dan ngga pernah bosen. Di ITB ini pun gw tadinya pengen ikut Unit STEMA (Studi Teater Mahasiswa), pengen banget, tapi gw kecewa berat waktu ngeliat stand-nya kosong dan ngga ada dekornya sama sekali. Udah gw tungguin beberapa lama (ya gw kan ngga bisa disitu terus), tapi ngga ada orang muncul juga. Ya udah. Ngga ada juga temen-temen gw yg ikutan STEMA, jadi gw ngga dapet info ttg unit ini. Yah, pasrah deh. Mungkin taun depan gw ikut.

Tapi sejujurnya, gw lebih kepengen ikut teater-teater "beneran" yg non-kampus, kayak si Teater Koma ini. Pengen nyari di Bandung. Dulu ikutan teater ini jadi salah satu pertimbangan gw untuk ngga kuliah di luar Jakarta lho... Segitu pengennya gw... Tapi setelah itu gw mutusin untuk kuliah di Bandung, dan jadinya ngga mikirin Teater Koma, dan mikir-mikir untuk nyari komunitas teater di Bandung. Di Bandung ada panggung pertunjukan ngga sih? Masa di Sabuga?

Gw butuh penyaluran hobi, nih... Kangen banget maen drama lagi...

Anyway, I love Teater Koma... I love "Kunjungan Cinta"...
And you guys who didn't have the chance to watch the play, be sure to watch the next play performed by these talented people...

1 comment:

  1. Anonymous7:35 AM

    Makin membuat penasaran.... Mudah2an ada kesempatan lain. Salam kenal.

    ReplyDelete